Sabtu, 24 Agustus 2013

Rupiah Anjlok, Siapa Menanguk Untung?

        Rupiah Anjlok, Siapa Menangguk Untung?
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus tertekan. Bahkan sudah sempat tembus Rp 11.000 per dolar. Siapa bakal tersenyum?
      Salah satu penyebab utama adanya tekanan terhadap kurs rupiah adalah akibat tingkat permintaan terhadap dolar naik. Hal itu disebabkan oleh rencana bank sentral Amerika, Federal Reserve, yang ingin mengurangi stimulus moneter, yang selama ini dilakukan melalui pembelian surat utang.
       Stimulus itu dilakukan guna menyuntik pasar dengan likuiditas dolar. Sesuai hukum ekonomi, pasokan dolar yang makin banyak membuat nilainya turun. Dengan begitu, perekonomian tetap bergairah.
       Ketika kebijakan tersebut ingin dikurangi, maka ramai-ramai para investor membeli dolar sebelum nilai valuta ini terus naik. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi rencana otoritas moneter Amerika betul-betul dijalankan.
        Akibatnya, para investor asing dari negara maju mulai mencairkan investasinya di emerging market – negara berkembang dengan pertumbuhan pesat. Dana di pasar keuangan keuangan termasuk saham, yang jadi sasaran mereka untuk dijual. Dana hasil penjualan aset itu, kemudian dibelanjakan dolar.
        Selanjutnya adalah mata uang sejumlah negara tempat para investor asing mencairkan asetnya termasuk Indonesia, ikut melemah. Ini sekaligus membuktikan bahwa rupiah begitu rentan terhadap tingkat permintaan dolar.
        Bersamaan dengan melemahnya rupiah ini, para importir atau dunia usaha pengguna bahan baku yang dibeli dengan dolar bisa dipastikan merintih. Apalagi kalau menjual produknya dengan rupiah.
       Terkait dengan hal, harga barang-barang dengan kandungan impor besar, apalagi didatangkan utuh dari luar negeri, bakal naik. Daya beli berpotensi turun, sehingga menjadi pukulan tambahan bagi dunia usaha.
        Kendati demikian, ada juga yang tersenyum senang dengan melemahnya rupiah ini. Siapa saja yang berpotensi mendapat untung? Setidaknya ada tiga kelompok:
        Pertama, sudah tentu para eksportir. Mereka menerima pembayaran atas barang yang dijual dengan kurs dolar. Sehingga pendapatannya ketika dikonversi ke rupiah serta-merta bakal bertambah. Apalagi jika ongkos produksinya menggunakan standar rupiah, seperti pada sektor pertambangan atau perkebunan. Tentu keuntungannya makin melimpah. Kocek mereka tentu bakal tambah tambun. 
        Kedua, yang berpotensi besar mendapatkan untung adalah investor pada surat utang negara yang dikeluarkan dalam mata uang rupiah. Imbal hasilnya akan bertambah tinggi, karena harganya makin melorot di bawah harga awal.
        Dari catatan Penilai Harga Efek Indonesia atau Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) misalnya, imbal hasil (yield) untuk surat utang negara berjangka waktu 10 tahun, imbal hasilnya sudah naik. Pada Rabu (21/8), posisinya ada di 8,3896 persen dari sehari sebelumnya yang 8,2964 persen. Tentu makin lama jatuh temponya, makin besar kenaikan imbalannya.
       Ketiga, seperti pernah disampaikan oleh manajemen Bank BTN, harga apartemen atau hunian kelas atas bakal naik. Karena itu, bank plat merah yang mayoritas bermain di hunian kelas bawah itu bakal meraup limpahan. Begitu pun dengan lembaga pembiayaan lain yang berpartisipasi di kelas serupa.
        Walaupun sebenarnya, para pembeli properti tidak langsung pindah begitu saja. Apalagi, ketika kurs melemah, biasanya bank sentral menaikkan suku bunga. Ini berupa insentif bagi pemegang rupiah, sehingga mata uang tersebut tetap bernilai.
        Akibat kenaikan suku bunga ini, tentu bunga kredit juga bakal naik. Karena itu, kemungkinannya bisa pindah beli properti menengah ke bawah atau bisa juga menunda waktu pembelian.
       Tapi setidaknya, melemahnya rupiah tidak melulu berarti musibah. Tiga kelompok ekonomi di atas tetap berpotensi menangguk berkah.

Sumber : Herry Gunawan, Pendiri Plasadana

MATAHARI DEPARTMENT STORE



Matahari Department Store
        Seberapa besar intusisi dan keberuntungan menyertai anda? Baca cerita berikut. Hari Darmawan dan Anna Janti adalah salah satu pemilik toko di Passer Baroe sekarang disebut sebagai Pasar Baru yang terletak dibibir kali Ciliwung, dekat Jalan Veteran dan Jalan Juanda, Jakarta Pusat. Pasutri itu menyaksikan Passer Baroe hancur saat pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tetapi keduanya berhasil selamat, meskipun chaos social akibat pemberontakan G-30 S PKI 1965 tak akan pernah hilang dari ingatan mereka. Trauma yang pada saatnya nanti menyelamatkan mereka dari situasi serupa.
            Toko yang dibuka lima tahun sebelum pemberontakan PKI itu memiliki nama yang lucu; Mickey Mouse. Hari jelas-jelas mencomotnya dari tokoh komik karya kartunis asal Chicago, Amerika Serikat, Walter Elias. Disney yang menggemparkan dunia sejak dirilis 1928. Toko Mickey Mouse yang menjual baju impor dan merek MM Fashion, buatan tangan istrinya yang pandai menjahit itu adalah hadiah pernikahan bersyarat dari mertua Hari. Hari menikahi Anna saat berusia 18 tahun, memiliki tokonya secara mencicil seharga Rp 1 juta. Sebagaimana umumnya anak keluarga keturunan China yang pedagang, sejak kecil hingga SMA Hari sudah terbiasa naik turun truk mengangkut barang dagangan. Hari adalah anak Tan A Siong pemilik toko bahan makanan, seperti, beras, gula, ikan asin, dan hasil bumi lainnya dari Jakarta.
            Penjualan Mickey Mouse tidak buruk, karena baju-baju MM Fashion itu memiliki konsumen tersendiri. Tapi, semenjak toko itu dibuka, hingga Hari berumur 28 tahun, dia tidak pernah bisa menghilangkan perasaan iri dengan toko yang terletak di sebelah Mickey Mouse. Selama satu dasawarsa tak henti-hentinya Hari memikirkan bagaimana caranya memiliki toko yang namanya lebih keren itu, De Zion. Setiap hari, Hari melirik toko itu dan tampak kesulitan menemukan cara De Zion memiliki pelanggan-pelanggan fanatic, yang rata-rata pajabat dan orang kaya.
            Pucuk di cinta ulam tiba. Pada 1968 datang kabar dari mulut ke mulut yang sampai ke telinga Hari. Pemilik De Zion mengalami kesulitan keuangan dan hendak  menjual tokonya. Tak lama, De Zion berpindah tangan dan segera diubah namanya menjadi Toko Matahari. “De Zion artinya kan Matahari,” kata Hari.
            Hari muda adalah orang yang enerjik, ambisius, berani atau lebih tepatnya kurang perhitungan dan lebih mempercayai intuisi. Pada toko barunya itu, dia menemukan cara yang lebih baik untuk menjual barang, yaitu dengan memajang semua barang selengkap mungkin agar memudahkan konsumen memilih barang yang terbaik dan termurah. Orang-orang sekarang akan mengenang konsep toko itu sebagai department store  pertama di Indonesia. Matahari menjual berbagai macam kebutuhan sandang dan bukan kebutuhan sambilan bahan pokok, yang disusun dalam bagian yang terpisah-pisah dalam bentuk counter.
            Matahari diserbu pengunjung setiap waktu, terutama akhir pekan sebagai wahana baru belanja yang nyaman dan modern bagi orang-orang kaya Jakarta. Delapan tahun kemudian, hari mulai membuka gerai Sinar Matahari di luar Jakarta disertai pasokan produk dagangan lebih beraneka ragam, mulai dari pakaian, perhiasan, tas, sepatu, kosmetik, peralatan elektronik, mainan, alat tulis, buku, obat-obatan hingga kebutuhan sehari-hari. Sampai dengan dekade 1990-an, Matahari Departement Store amat popular dan merajalela, nyaris tanpa saingan sebagai toko serba ada yang komplit.
            Meskipun begitu, ini tidak sampai menimbulkan isu perang pasar modern versus pasar tradisional seperti kasus-kasus belakangan ini, karena sikap bersahabat Hari pada mereka yang kurang beruntung. Lebih dari 50% pemasok barang Matahari adalah produsen skala kecil dan menengah.
            Matahari mulai mendapat ancaman serius setelah Paulus Tumewu mengikuti jejaknya membesarkan sebuah toko didaerah Jalan Sabang, Jakarta Pusat menjadi lebih modern; Ramayana Departement Store. Pesaing-pesaing membuat hari semakin agresif, salah satunya dengan pergi ke Australia menggandeng Leisure & Allied Industries LAI) untuk memperkenalkan gerai bermain Timezone pada 1994. Hari mengakui, terobosan itu penting agar bisa bertahan dari serangan-serangan frontal para pemain  anyar. Adanya Timezone tampak efektif merebut hati orang-orang tua yang tidak ingin sekedar berbelanja, tetapi juga menyenangkan anak.
            Masa-masa keemasan Matahari hadir pada awal 1990-an, seiring pembangunan pusat-pusat pertokoan, mal-mal di Jakarta dan sekitarnya secara massif. Gerai-gerai baru dibangun dipusat perbelanjaan menyambut kelas masyarakat berdompet tebal yang mulai bertambah banyak. Matahari yang tampak kalap mencari dana serta membiayai investasi gerai baru, mula-mula dengan melepaskan sejumlah saham di lantai bursa untuk meraup dana segar tak kurang dari Rp 400 miliar memakai kurs sekarang pastinya tidak kurang dari Rp 1,6 triliun. Hari merasa dana itu tidak cukup, lebih-lebih untuk memenuhi ambisi pembangunan 1.000 gerai Matahari.
            James T. Riady, banker muda lulusan luar negeri anak konglomerat Mochtar Riady pemilik usaha group Lippo mungkin orang yang tahu betul nafsu Hari untuk 1.000 gerai itu. James lalu menawarkan pinjaman lunak agar mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan. Tanpa berfikir panjang, Hari menerima kucuran pinjaman dari Bank Lippo. Entah tidak tahu atau khilaf dengan iming-iming bunga murah, di saat yang sama, James sedang tergila-gila dengan Wal-Mart dan JC Penney di Amerika Serikat. Dengan dukungan modal kuat sebuah bank milik ayahnya, James berangan-angan menerjuni bisnis ritel yang gurih. Malah, ketika pinjaman itu akhirnya cair, di sejumlah mal, gerai-gerai Wal-Mart milik James memasang lokasina secara head to head dengan gerai Matahari.
            Hari sudah memikirkan cara menahan serangan-serangan frontal ritel milik Lippo dengan membuka Mega Matahari (Mega M). dalam beberapa tahun, Hari tampak lebih menguasai keadaan dengan bisnisnya yang mulai beromzet dua triliun itu.
            Akhir 1996, Hari membuat public tercengang setelah menerima proposal pembelian oleh James melalui salah satu anak usaha Group Lippo. Orang-orang terkejut, bagaimana Matahari yang sedang bersinar terang bisa dijual kepada James. Ini memicu berbagai spekulasi liar mengenai cara-cara Lippo menguasai bisnis ritel, setelah Wal-Mart tidak kunjung bisa menguasai keadaan. Tersiar kabar keberadaan Mega Matahari telah membuat Wal-Mart terus merugi, dan di pihak lain Hari terpaksa menerima akuisisi karena terdesak utang kepada Lippo yang nyaris mencapai Rp 1 triliun. Sejumlah analis malah menuding akuisisi itu adalah akal-akalan James mencaplok matahari, dengan bahasa halus aliansi strategi karena Hari masih diberi sejumlah saham. Setelah akuisisi, Hari menjabat sebagai Presiden Direktur hingga 2001.
            Sampai sekarang tidak pernah ada kata penyesalan dari mulut Hari karena dia mengaku memiliki alasannya sendiri. “saya punya pengalaman waktu ada pemberontakan PKI tahun 60-an, saya melihat kejadian itu di Pasar Baru. Saya percaya ini signal dari Tuhan. Kalau Matahari tidak cepat-cepat dijual, bisa mati saya,” kenangnya. Trauma Gestapo 1965 itu disebut Hari telah memberinya kemampuan intuisi diatas rata-rata, membaca tanda-tanda zaman, dimulai saat pristiwa penyerbuan kantor Partai Demokrasi Indonesia di Jalan Diponogoro Jakarta, pada 27 Juli 1996. Peristiwa itu menurutnya adalah sinyal jatuhnya Rezim Soeharto, yang akan diakhiri kerusuhan persis seperti pengalaman buruk Toko Mickey Mouse kala itu. Intuisi itu sendiri kemudian terbukti ketika Jakarta diguncang prahara pada Mei 1998. Puluhan mal, plaza, dan ribuan toko hangus tebakar dan Indonesia terjerambap krisis ekonomi paling dalam hingga beberapa tahun kemudian. Penjualan ritel anjlok tak terbilang, dan banyak konglomerat jatuh miskin, terjerat utang ke Negara. Wal-Mart milik James sendiri kemudian tutup setelah peristiwa itu.
            Bila kesempatan baik itu adalah sebuah kesuksesan, maka dia hanya dating sekali. Sejak 1997, hari dan keluarganya tinggal di kawasan Cisarua, Puncak, Bogor, di atas tanah yang cukup luas dan ditumbuhi pohon-pohon dan bunga-bunga. Hari-harinya kini disibukan untuk membantu tetangga sekitar dan berdakwah sabda-sabda Yesus, serta meyakini kekayan itu tidak lebih baik dan sangat mudah didapatkan dibandingkan hidup tentram dan tenang, kalau dulu mencari uang hanya untuk berbelanja, main perempuan, dan hidup bermewah-mewah, tapi sekarang kitamewasa malu sekali, jika hana bisa mencari uang untuk diri sendiri tanpa melihat kehidupan social,” ungkap Hari.

Sumber : 50 Great Business Idea From Indonesia, M. Ma'ruf,  Hikmah