Matahari Department Store
Seberapa besar intusisi
dan keberuntungan menyertai anda? Baca cerita berikut. Hari Darmawan dan Anna
Janti adalah salah satu pemilik toko di Passer Baroe sekarang disebut sebagai
Pasar Baru yang terletak dibibir kali Ciliwung, dekat Jalan Veteran dan Jalan
Juanda, Jakarta Pusat. Pasutri itu menyaksikan Passer Baroe hancur saat
pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tetapi keduanya berhasil selamat,
meskipun chaos social akibat pemberontakan G-30 S PKI 1965 tak akan pernah
hilang dari ingatan mereka. Trauma yang pada saatnya nanti menyelamatkan mereka
dari situasi serupa.
Toko yang dibuka lima tahun sebelum pemberontakan PKI itu
memiliki nama yang lucu; Mickey Mouse. Hari jelas-jelas mencomotnya dari tokoh
komik karya kartunis asal Chicago, Amerika Serikat, Walter Elias. Disney yang
menggemparkan dunia sejak dirilis 1928. Toko Mickey Mouse yang menjual baju
impor dan merek MM Fashion, buatan
tangan istrinya yang pandai menjahit itu adalah hadiah pernikahan bersyarat
dari mertua Hari. Hari menikahi Anna saat berusia 18 tahun, memiliki tokonya
secara mencicil seharga Rp 1 juta. Sebagaimana umumnya anak keluarga keturunan
China yang pedagang, sejak kecil hingga SMA Hari sudah terbiasa naik turun truk
mengangkut barang dagangan. Hari adalah anak Tan A Siong pemilik toko bahan
makanan, seperti, beras, gula, ikan asin, dan hasil bumi lainnya dari Jakarta.
Penjualan Mickey Mouse tidak buruk, karena baju-baju MM
Fashion itu memiliki konsumen tersendiri. Tapi, semenjak toko itu dibuka,
hingga Hari berumur 28 tahun, dia tidak pernah bisa menghilangkan perasaan iri
dengan toko yang terletak di sebelah Mickey Mouse. Selama satu dasawarsa tak
henti-hentinya Hari memikirkan bagaimana caranya memiliki toko yang namanya
lebih keren itu, De Zion. Setiap hari, Hari melirik toko itu dan tampak
kesulitan menemukan cara De Zion memiliki pelanggan-pelanggan fanatic, yang
rata-rata pajabat dan orang kaya.
Pucuk di cinta ulam tiba. Pada 1968 datang kabar dari
mulut ke mulut yang sampai ke telinga Hari. Pemilik De Zion mengalami
kesulitan keuangan dan hendak menjual
tokonya. Tak lama, De Zion berpindah tangan dan segera diubah namanya menjadi
Toko Matahari. “De Zion artinya kan Matahari,” kata Hari.
Hari muda adalah orang yang enerjik, ambisius, berani
atau lebih tepatnya kurang perhitungan dan lebih mempercayai intuisi. Pada toko
barunya itu, dia menemukan cara yang lebih baik untuk menjual barang, yaitu
dengan memajang semua barang selengkap mungkin agar memudahkan konsumen memilih
barang yang terbaik dan termurah. Orang-orang sekarang akan mengenang konsep toko
itu sebagai department store pertama di Indonesia. Matahari menjual
berbagai macam kebutuhan sandang dan bukan kebutuhan sambilan bahan pokok, yang
disusun dalam bagian yang terpisah-pisah dalam bentuk counter.
Matahari diserbu pengunjung setiap waktu, terutama akhir
pekan sebagai wahana baru belanja yang nyaman dan modern bagi orang-orang kaya
Jakarta. Delapan tahun kemudian, hari mulai membuka gerai Sinar Matahari di
luar Jakarta disertai pasokan produk dagangan lebih beraneka ragam, mulai dari
pakaian, perhiasan, tas, sepatu, kosmetik, peralatan elektronik, mainan, alat
tulis, buku, obat-obatan hingga kebutuhan sehari-hari. Sampai dengan dekade
1990-an, Matahari Departement Store amat popular dan merajalela, nyaris tanpa
saingan sebagai toko serba ada yang komplit.
Meskipun begitu, ini tidak sampai menimbulkan isu perang
pasar modern versus pasar tradisional
seperti kasus-kasus belakangan ini, karena sikap bersahabat Hari pada mereka
yang kurang beruntung. Lebih dari 50% pemasok barang Matahari adalah produsen
skala kecil dan menengah.
Matahari mulai mendapat ancaman serius setelah Paulus
Tumewu mengikuti jejaknya membesarkan sebuah toko didaerah Jalan Sabang,
Jakarta Pusat menjadi lebih modern; Ramayana Departement Store. Pesaing-pesaing
membuat hari semakin agresif, salah satunya dengan pergi ke Australia
menggandeng Leisure & Allied Industries LAI) untuk memperkenalkan gerai
bermain Timezone pada 1994. Hari mengakui, terobosan itu penting agar bisa
bertahan dari serangan-serangan frontal para pemain anyar. Adanya Timezone tampak efektif merebut
hati orang-orang tua yang tidak ingin sekedar berbelanja, tetapi juga
menyenangkan anak.
Masa-masa keemasan Matahari hadir pada awal 1990-an,
seiring pembangunan pusat-pusat pertokoan, mal-mal di Jakarta dan sekitarnya
secara massif. Gerai-gerai baru dibangun dipusat perbelanjaan menyambut kelas
masyarakat berdompet tebal yang mulai bertambah banyak. Matahari yang tampak
kalap mencari dana serta membiayai investasi gerai baru, mula-mula dengan
melepaskan sejumlah saham di lantai bursa untuk meraup dana segar tak kurang
dari Rp 400 miliar memakai kurs sekarang pastinya tidak kurang dari Rp 1,6
triliun. Hari merasa dana itu tidak cukup, lebih-lebih untuk memenuhi ambisi
pembangunan 1.000 gerai Matahari.
James T. Riady, banker muda lulusan luar negeri anak
konglomerat Mochtar Riady pemilik usaha group Lippo mungkin orang yang tahu
betul nafsu Hari untuk 1.000 gerai itu. James lalu menawarkan pinjaman lunak agar
mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan. Tanpa berfikir panjang, Hari menerima
kucuran pinjaman dari Bank Lippo. Entah tidak tahu atau khilaf dengan
iming-iming bunga murah, di saat yang sama, James sedang tergila-gila dengan
Wal-Mart dan JC Penney di Amerika Serikat. Dengan dukungan modal kuat sebuah
bank milik ayahnya, James berangan-angan menerjuni bisnis ritel yang gurih.
Malah, ketika pinjaman itu akhirnya cair, di sejumlah mal, gerai-gerai Wal-Mart
milik James memasang lokasina secara head
to head dengan gerai Matahari.
Hari sudah memikirkan cara menahan serangan-serangan
frontal ritel milik Lippo dengan membuka Mega Matahari (Mega M). dalam beberapa
tahun, Hari tampak lebih menguasai keadaan dengan bisnisnya yang mulai beromzet
dua triliun itu.
Akhir 1996, Hari membuat public tercengang setelah
menerima proposal pembelian oleh James melalui salah satu anak usaha Group
Lippo. Orang-orang terkejut, bagaimana Matahari yang sedang bersinar terang
bisa dijual kepada James. Ini memicu berbagai spekulasi liar mengenai
cara-cara Lippo menguasai bisnis ritel, setelah Wal-Mart tidak kunjung bisa
menguasai keadaan. Tersiar kabar keberadaan Mega Matahari telah membuat
Wal-Mart terus merugi, dan di pihak lain Hari terpaksa menerima akuisisi karena
terdesak utang kepada Lippo yang nyaris mencapai Rp 1 triliun. Sejumlah analis
malah menuding akuisisi itu adalah akal-akalan James mencaplok matahari, dengan
bahasa halus aliansi strategi karena Hari masih diberi sejumlah saham. Setelah
akuisisi, Hari menjabat sebagai Presiden Direktur hingga 2001.
Sampai sekarang tidak pernah ada kata penyesalan dari
mulut Hari karena dia mengaku memiliki alasannya sendiri. “saya punya
pengalaman waktu ada pemberontakan PKI tahun 60-an, saya melihat kejadian
itu di Pasar Baru. Saya percaya ini signal dari Tuhan. Kalau Matahari tidak
cepat-cepat dijual, bisa mati saya,” kenangnya. Trauma Gestapo 1965 itu disebut
Hari telah memberinya kemampuan intuisi diatas rata-rata, membaca tanda-tanda
zaman, dimulai saat pristiwa penyerbuan kantor Partai Demokrasi Indonesia di
Jalan Diponogoro Jakarta, pada 27 Juli 1996. Peristiwa itu menurutnya adalah
sinyal jatuhnya Rezim Soeharto, yang akan diakhiri kerusuhan persis seperti
pengalaman buruk Toko Mickey Mouse kala itu. Intuisi itu sendiri kemudian
terbukti ketika Jakarta diguncang prahara pada Mei 1998. Puluhan mal, plaza,
dan ribuan toko hangus tebakar dan Indonesia terjerambap krisis ekonomi paling
dalam hingga beberapa tahun kemudian. Penjualan ritel anjlok tak terbilang,
dan banyak konglomerat jatuh miskin, terjerat utang ke Negara. Wal-Mart milik
James sendiri kemudian tutup setelah peristiwa itu.
Bila kesempatan baik itu adalah sebuah kesuksesan, maka
dia hanya dating sekali. Sejak 1997, hari dan keluarganya tinggal di kawasan
Cisarua, Puncak, Bogor, di atas tanah yang cukup luas dan ditumbuhi pohon-pohon
dan bunga-bunga. Hari-harinya kini disibukan untuk membantu tetangga sekitar
dan berdakwah sabda-sabda Yesus, serta meyakini kekayan itu tidak lebih baik
dan sangat mudah didapatkan dibandingkan hidup tentram dan tenang, kalau dulu
mencari uang hanya untuk berbelanja, main perempuan, dan hidup bermewah-mewah,
tapi sekarang kitamewasa malu sekali, jika hana bisa mencari uang untuk diri
sendiri tanpa melihat kehidupan social,” ungkap Hari.
Sumber : 50 Great Business Idea From Indonesia, M. Ma'ruf, Hikmah